Rabu, 10 April 2013

MUHAMMAD ASHIM ANIS: pidato

MUHAMMAD ASHIM ANIS: pidato: BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Pidato merupakan kegiatan berbicara yang kita lakukan di depan umum. Namun, tidak semua...

pidato



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Pidato merupakan kegiatan berbicara yang kita lakukan di depan umum. Namun, tidak semua orang dapat melakukan hal tersebut. Hal itu karena, ketidaksiapan ataupun tidak adanya pengalaman berbicara di hadapan orang banyak meskipun pada dasarnya setiap orang dapat berbicara.
Makalah ini penyusun maksudkan sebagai dasar untuk memahami secara umum bagaimana cara kita dalam melakukan pidato atau berpidato.Dengan mengetahui hal tersebut kita akan lebih memahami bagaimana seharusnya kita saat berbicara di depan khalayak umum.
B. Rumusan Masalah
  1. Apa itu pidato?
  2. Bagaimana kriteria dalam melakukan pidato?
  3. Metode apa saja yang dapat kita gunakan pada saat akan berpidato?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memberi informasi dan pengetahuan mengenai apa itu pidato, untuk apa kita berpidato, dan bagaimana cara kita untuk mampu berpidato.







1
BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Pidato 
Pidato ialah kegiatan berbahasa lisan. (Cermat Berbahasa Indonesia, hal 228 : 2009), Pidato adalah berucap didepan umum untuk tujuan tertentu. (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hal 455 : 2005), Jadi, Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal yang ditujukan untuk orang banyak.
Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia. Pidato banyak jenisnya, di antaranya, pidato sambutan yang disampaikan pada awal sebuah acara atau pidato kenegaraan yang disampaikan oleh presiden.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karier yang baik. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya. Dalam berpidato, penampilan, gaya bahasa, dan ekspresi kita hendaknya diperhatikan serta kita harus percaya diri menyampaikan isi dari pidato kita, agar orang yang melihat pidato kita pun tertarik dan terpengaruh oleh pidato yang kita sampaikan.
B. Tujuan Pidato
Suatu pidato tentu memiliki tujuan dan maksud yang ingin disampaikan, tujuan pidato antara lain :
  • Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita
2
3
dengan suka rela.
  • Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
  • Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
C. Kriteria Berpidato
Ø Isinya sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung.
Ø Isinya menggugah dan bermanfaat bagi pendengar.
Ø Isinya tidak menimbulkan pertentangan sara.
Ø Isinya jelas.
Ø Isinya benar dan objektif.
Ø Bahasa yang dipakai mudah dipahami.
Ø Bahasanya disampaikan secara santun, rendah hati dan bersahabat.
D.  Kerangka Susunan Pidato 
Skema susunan suatu pidato yang baik :
  • Pembukaan dengan salam pembuka.
  •  Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi.
  • Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah, dll.
  • Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll).
E.  Fungsi pidato
  • Mempermudah komunikasi antar atasan dan bawahan.
  • Mempermudah komunikasi antar sesama anggota organisasi.
  • Menciptakan suatu keadaan yang kondusif dimana hanya perlu 1 orang saja yang melakukan orasi/pidato tersebut.
  • mempermudah komunikasi.

4
F.  Tata Tertib dan Etika Berpidato
Tata cara berpidato merujuk kepada langkah-langkah dan urutan untuk memulai mengembangkan dan mengakhiri pidato. Adapun langkah-langkah dan urutan berpidato secara umum diawali dengan pembukaan, sajian isi, dan penutup.
Sementara itu etika berpidato merujuk kepada nilai-nilai kepatutan yang perlu diperhatikan dan dijunjung ketika seseorang berpidato. Ketika berpidato, kita tidak boleh menyinggung perasaan orang lain, sebaliknya berupaya untuk menghargai dan membangun optimism bagi pendengarnya. Selain itu, keterbukaan, kejujuran, empati, dan persahabatan perlu diusahakan dalam berpidato.      
G. Praktik Pidato
  • Biasanya dipraktikkan oleh pemimpin organisasi kepada anak buah organisasinya.
  • Dipraktikkan oleh pemimpin atau pejabat negara guna mempermudah adanya komunikasi sehingga terciptanya keadaan yang demokratis.
  • Dipraktikkan untuk menenangkan massa / khalayak ramai.
  • Biasanya seorang pemimpin atau orang yang berpengaruh diwajibkan untuk menguasai teori pidato.
H. Jenis – jenis Pidato
Berdasarkan pada sifat dari isi pidato, pidato dapat dibedakan menjadi :
  • Pidato Pembukaan, adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pembaca acara atau mc.
  • Pidato pengarahan adalah pdato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.
  • Pidato Sambutan, yaitu merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan

5
oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.
  • Pidato Peresmian, adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
  • Pidato Laporan, yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan.
  • Pidato Pertanggungjawaban, adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
I.    Metode Pidato
Menurut ada tidaknya persiapan sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan ada empat macam pidato, antara lain:
1.  Impromptu (serta merta)
Metode ini merupakan pidato yang apabila Anda menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk menyampaikan pidato.
2.  Manuskrip
Merupakan pidato dengan naskah. Di sini tidak berlaku istilah ‘menyampaikan pidato’ tapi ‘membacakan pidato’. Manuskrip dibutuhkan oleh tokoh nasional, sebab kesalahan sedikit saja dapat menimbulkan kekacauan nasional.
3.  Memoriter
  Merupakan pesan pidato ditulis kemudian diingat kata demi kata.
4.   Ekstemporan
Merupakan pidato sudah dipersiapkan sebelumnya berupa garis besar dan pokok penunjang pembahasan (supporting points), tetapi pembicara tidak berusaha mengingatnya kata demi kata.





BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
1.  Pidato merupakan kegiatan berbicara atau berorasi  untuk menyatakan pendapat di depan umum.
2.  Adapun tujuan dalam berpidato ialah untuk memberi pemahaman dan informasi kepada orang lain, serta fungsinya untuk mempermudah komunikasi. Dalam praktiknya pidato disampaikan oleh sseorang pimpinan pada khalayak ramai.
3.  Dalam berpidato ada tata caranya mulai diawali dengan pembukaan, penyampaian isi dan penutup serta bagaimana kita bersikap dan berbicara yang baik di muka umum.
4.  Metode yang dapat kita gunakan untuk berpidato diantaranya Impromptu (serta merta), Manuskrip, Memoriter dan Ekstemporan.
B.Saran
            Saran dari penulis setelah pembaca mempelajari makalah ini pembaca bisa mengambil manfaat diantaranya :
  1. Pembaca bisa memahami apa yang dimaksud pidato.
  2. Pembaca agar dapat berpidato dengan baik dan mudah di fahami oleh pendengar.










6
DAFTAR PUSTAKA
1.  Arifin, E. Zaenal dan S. Imran Tasai.2009.Cermat Berbahasa
Indonesia.Jakarta:Akademika Pressindo.

























IV

MUHAMMAD ASHIM ANIS: KATA KERJA

MUHAMMAD ASHIM ANIS: KATA KERJA: BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang             Kata kerja atau verba dalam bahasa Indonesia juga memiliki jenis-jenis dan ci...

KATA KERJA



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
            Kata kerja atau verba dalam bahasa Indonesia juga memiliki jenis-jenis dan ciri-ciri yang membedakannya dengan kelas kata lainnya. Makalah ini mencoba memaparkan tentang "Kata Kerja
            Fungsi dari bahasa seperti alat komunikasi. Kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah bahwa, selain ahli-ahli bahasa, semua ahli yang bergerak dalam bidang pengetahuan yang lain semakin memperdalam dirinya dalam bidang teori dan praktek bahasa. Semua orang menyadari bahwa interaksi dan segala macam kegiatan dalam masyrakat akan lumpuh tanpa bahasa.a
            Definisi kata dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Di antaranya ada tiga sudut pandang yang umum digunakan untuk mendifinisikan kata.
1.    Posisi kata secara gramatikal, kata dapat diartikan sebagai satuan gramatikal terkecil yang dapat terdiri dari satu atau lebih morfem yang menjadi unsur pembentuk suatu frasa atau kalimat.
2.    Dari bahasa lisan atau fonem, kata dapat diartikan sebagai deretan bunyi yang memiliki arti yang diucapkan dalam satu kecapan.
3.    Dari bahasa tulis, kata dapat diartikan sebagai deretan huruf yang memiliki arti yang penulisannya dalam kalimat dibatasi oleh spasi.

B. Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dari Karangan Persuasi?
2.    Apa Ciri-ciri karangan Persuasi?
3.    Apa yang tergolong Karangan Persuasi ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Kata Kerja
Secara umum kita mengenal kata kerja sebagai kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Dalam buku Morfologi, Arifin dan Junaiyah (2009:93) menyatakan bahwa verba atau kata kerja dapat diketahui lewat prilaku semantis dan sintaksis serta bentuk morfologisnya. Pada umumnya verba atau kata kerja memiliki ciri sebagai berikut:
  1. Verba berfungsi sebagai predikat atau inti predikat kalimat , seperti: (a) Pagi-pagi sekali mereka telah berlari keliling lapangan.
(b) kami sedang bermain bola.
(c) Bom meledak di Kuta.
Kata bermain, sedang berlari, dan meledak pada contoh kalimat berfungsi sebagai predikat; kata bermain pada sedang bermain merupakan inti predikat. Verba juga dapat berfungsi lain di luar predikat.
  1. Secara inheren, verba mengandung makna 'perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat atau bukan kualitas'.
  2. Verba yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- untuk menyatakan makna 'paling'.
  3. Secara umum, verba tidak dapat bergabung dengan kata penunjuk kesangatan.
2
3
B.    Kata Kerja versi Gorys Keraf
Menurut Gorys Keraf dalam (Putrayasa, 2010:87) sebuah kata dapat dikatakan kata kerja atau tidak haruslah melalui dua prosedur, yaitu
Ø  Melihat dari segi bentuk sebagai prosedur pencalonan.
Ø  Melihat dari segi kelompok kata (frasa) sebagai prosedur penentuan.
  1. Bentuk
Semua kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, -kan, di-, -i,-kan dicalonkan menjadi kata kerja. Akan tetapi, terdapat sejumlah kata kerja yang tidak mengandung unsur-unsur tersebut tetapi secara tradisional masuk ke dalam golongan kata kerja seperti tidur, bangun, datang, pergi, terbang, turun, naik, mandi makan, minum. Selain ciri-ciri bentuk seperti telah dibahas sebelumnya, kedua macam kata kerja tersebut mempunyai suatu kesamaan struktur dalam kelompok kata.
  1. Kelompok kata
Semua kata yang tersebut sebelumnya, dalam segi kelompok kata mempunyai suatu kesamaan struktur, yaitu dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat, misalnya:
Ria berjalan dengan cepat
Handayani menyanyi dengan riang
Anak itu tertidur dengan nyenyak
Berdasarkan kedua prosedur tersebut Keraf memberi batasan mengenai kata kerja yaitu segala macam kata yang dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat merupakan kata kerja.

4
Untuk membuktikan penerapan prosedur menentukan kata kerja Keraf dapat diuji dalam beberapa contoh berikut. Apakah kata jalan, berteriak, membaca, duduk, belajar,berkabung, termasuk dalam kata kerja? Dari enam kata tersebut , kata membaca, berteriak, belajar dan berkabung masuk dalam prosedur bentuk yang menjadikan kata tersebut calon kata kerja, karena kata tersebut mengandung imbuhan ber-,dan me-. Lalu dalam prosedur yang kedua , dari segi kelompok kata, keenam kata tersebut dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat misalnya:
Ø  jalan dengan lebih cepat
Ø  berteriak dengan lantang
Ø  membaca dengan ekspresif
Ø  duduk dengan tenang
Ø  belajar dengan tekun
Ø  berkabung dengan penuh duka cita
Maka, berdasarkan prosedur Gorys Keraf, keenam kata di atas dapat digolongkan dalam kata kerja. Dapat diamati bahwa kata kerja versi keraf bisa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Dari segi bentuk dapat mengandung imbuhan me-, ber-, -kan, di-, -i. Ada juga yang tidak mengandung imbuhan.
  2. Kata yang mengandung imbuhan ataupun tidak dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat.
C.   Perbedaan teori kata kerja Gorys Keraf dan pakar lainnya :
  1. Gorys Keraf menentukan sebuah kata termasuk dalam kategori kata kerja melalui prosedur pengujian (pencalonan dan penentuan), sementara pakar lain dengan menentukan ciri-ciri dan mengelompokannya.
5
  1. Gorys keraf menentukan kata kerja berdasarkan struktur morfologis, sementara pakar lain menentukan kata kerja berdasarkan pendekatan bentuk, sintaksis dan semantis.
  2. Pendekatan bentuk dan struktur morfologis digunakan Gorys Keraf sebagai proses pencalonan kata kerja. Sementara pakar lain menggunakan dasar pendekatan bentuk untuk mengklasifikasikan kata kerja tersebut berdasarkan bentuknya.






















BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Dari urain diatas bisa saya simpulkan sebagai berikut :
1.    Kata kerja menurut pengertian tata bahasa tradisional adalah kata yang menyatakan perbuatan. Secara umum kita mengenal kata kerja sebagai kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat.
2.    Gorys Keraf menentukan sebuah kata tergolong kata kerja berdasarkan struktur morfologisnya melalui dua prosedur yaitu pertama, melihat dari kesamaan bentuk, yaitu kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, di-, -kan, -i, sebagai prosedur pencalonan kata kerja. kedua, melihat dari kelompok kata (frasa) yang sama dapat memperluas kata tersebut. Kelompok kata tersebut adalah kata dengan + kata sifat. Hal ini adalah penentuan suatu kata sebagai kata kerja.
B.   Saran
1.  Penulis hanya bisa menyarankan kepada pembaca agar pembaca bisa memahami tentang kata kerja.
2.  Saran dari penulis kepada pembaca agar tidak berhenti mencari rujukan dari sumber lain tentang kata kerja agar pembaca lebih memahami dalam hal ini.






6
DAFTAR PUSTAKA
1.  Alwi,Hasan,dkk.1998.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
2.  Arifin, Z. dan Junaiyah.2009. Morfologi Bentuk, Makna dan Fungsi. Jakarta: Grasindo.
3.  Chaer,Abdul.2003.Seputar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta: PT. Rineka Cipta.
4.  Putrayasa, Ida Bagus.2010.Kajian Morfologi.Bandung:Refika Aditama.
5.  Muslich, Mansur.2010.Garis-Garis Besar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung:Refika Utama.
6.  Muslich, Mansur.2010.Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta:Bumi Aksara.