(Sejarah Berdirinya
Dinasti Al-ayyubiyah)
1.1 Sejarah Pembentukan Dinasti Al-ayyubuyah (569-650/
1174-1252 M)
1.1.1 Berdirinya dinasti Al-ayyubiyah
Bani Ayyubiyah merupakan keturunan Ayyub suku Kurdi. Pendiri
dinasti ini adalah Salahuddin Yusuf al-Ayyubi putra dari Najamuddin bin Ayyub.
Pada masa Nuruddin Zanki (Gubernur Suriah dari bani Abbasiyah), Salahuddin
diangkat sebagai kepala garnisum di Balbek.
Kehidupan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi penuh dengan perjuangan
dan peperangan. Semua itu dilakukan dalam rangka menunaikan tugas negara untuk
memadamkan sebuah pemberontakan dan juga dalam menghadapi tentara salib.
Perang yang dilakukannya dalam rangka untuk mempertahankan
dan membela agama. Selain itu Salahuddin Yusuf al-Ayyubi juga seorang yang
memiliki toleransi yang tinggi terhadap umat agama lain, hal ini terbukti:
a. Ketika beliau
menguasai Iskandariyah ia tetap mengunjungi orang-orang kristen
b. Ketika perdamaian tercapai
dengan tentara salib, ia mengijinkan orang-orang kristen berziarah ke Baitul
Makdis.
Keberhasilan beliau sebagai tentara mulai terlihat ketika ia
mendampingi pamannya Asaduddin Syirkuh yang mendapat tugas dari Nuruddin Zanki
untuk membantu Bani Fatimiyah di Mesir yang perdana menterinya diserang oleh
Dirgam. Salahuddin Yusuf al-Ayyubi berhasil mengalahkan Dirgam, sehingga beliau
dan pamannya mendapat hadiah dari Perdana Menteri berupa sepertiga pajak tanah
Mesir. Akhirnya Perdana Menteri Syawar berhasil menduduki kembali jabatannya
pada tahun 1164 M.
Tiga tahun kemudian, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi kembali
menyertai pamannya ke Mesir. Hal ini dilakukan karena Perdana Menteri Syawar
bersekutu/ bekerjasama dengan Amauri yaitu seorang panglima perang tentara
salib yang dulu pernah membantu Dirgam. Maka terjadilah peperangan yang sangat
sengit antara pasukan Salahuddin dan pasukan Syawar yang dibantu oleh Amauri.
Dalam. Dalam peperangan tersebut pasukan Salahuddin berhasil menduduki
Iskandariyah, tetapi ia dikepunt dari darat dan laut oleh tentara salib yang
dipimpin oleh Amauri. Akhirnya peperangan ini berakhir dengan perjanjian damai
pada bulah Agustus 1167 M, yang isinya adalah sebagai berikut:
a. Pertukaran tawanan
perang
b. Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
harus kembali ke Suriah
c. Amauri harus kembali
ke Yerusalem
d. Kota Iskandariyah
diserahkan kembali kepada Syawar.
Pada tahun 1169, tentara salib yang dipimpin oleh Amauri
melanggar perjanjian damai yang disepakati dahulu yaitu Dia menyerang Mesir dan
bermaksud untuk menguasainya. Hal itu tentu saja sangat membahayakan keadaan
umat islam di Mesir, karena:
a. Mereka banyak
membunuh rakyat di Mesir
b. Mereka berusaha menurunkan
Khalifah al-Adid dari jabatannya
Khalifah al-Addid mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai
Perdana Menteri Mesir pada tahun 1169 M. ini merupakan pertama kalinya keluarga
al-Ayyubi menjadi Perdana Menteri, tetapi sayang beliau menjadi Perdana Menteri
hanya dua bulan karena meninggal dunia. Khalifal al-Adid akhirnya mengangkat
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi menjadi Perdana Menteri menggantikan pamannya
Asaduddin Syirkuh dalam usia 32 tahun. Sebagai Perdana Menteri beliau mendapati
gelah al-Malik an-Nasir artinya penguasa yang bijaksana.
Setelah Khalifah al-Adid (Khalifah Dinasti Fatimah) yang
terakhir wafat pada tahun 1171 M, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi berkuasa penyh
untuk menjalankan peran keagamaan dan politik. Maka sejak saat itulah Dinasti
Ayyubiyah mulai berkuasa hingga sekitar 75 tahun lamanya.
1.1.2 Penguasa-penguasa Dinasti
Al-Ayyubiah
Selama lebih kurang 75 tahun dinasti Al-Ayyubiyah berkuasa,
terdapat 9 orang penguasa yakni sebagai berikut:
1. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi
(1171-1193 M)
2. Malik Al-Aziz Imaduddin
(1193-1198 M)
3. Malik Al-Mansur Nasiruddin
(1198-1200 M)
4. Malik Al-Adil Saifuddin,
pemerintahan I (1200-1218 M)
5. Malik Al-Kamil Muhammad
(1218-1238 M)
6. Malik Al-Adil Sifuddin,
pemerintahan II (1238-1240 M)
7. Malik As-Saleh Najmuddin
(1240-1249 M)
8. Malik Al-Mu’azzam Turansyah
(1249-1250 M)
9. Malik Al-Asyraf
Muzaffaruddin (1250-1252 M)
Dalam uraian berikut akan dibahas mengenai penguasa-penguasa
yang menonjol, yaitu:
1. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi
(1171-1193 M)
2. Malik Al-Adil Saifuddin,
pemerintahan I (1200-1218 M)
3. Malik Al-Kamil Muhammad
(1218-1238 M)
1. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi
(1171-1193 M)
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi tidak hanya dikenal sebagai
seorang panglima perang yang gagah berani dan ditakuti, akan tetapi lebih dari itu,
beliau adalah seorang yang sangat memperhatikan kemajuan pendidikan. Salah satu
karya monumental yang disumbangkannya selama beliau menjabat sebagai sultan
adalah bangunan sebuah benteng pertahanan yang diberi nama Qal’atul Jabal yang
dibangun di Kairo pada tahun 1183 M.
Selain itu beliau juga merupakan salah seorang Sultan dari
dinasti Ayyubiyah yang memiliki kemampuan memimpin. Hal ini diketahui dari cara
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam mengangkat para pembantunya (Wazir) yang
terdiri dari orang-orang cerdas dan terdidik. Mereka antara lain seperti
Al-Qadhi Al-Fadhil dan Al-Katib Al-Isfahani. Sementara itu sekretaris
pribadinya bernama Bahruddin bin Syadad, yang kemudian dikenal sebagai penulis
Biografinya.
Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi tidak membuat suatu kekuasaan
yang terpusat di Mesir. Beliau justru membagi wilayak kekuasaannya kepada
saudara-saudara dan keturunannya. Hal ini mengakibatkan munculnya beberapa
cabang dinast Ayyubiyah berikut ini:
a. Kesultanan Ayyubiyah
di Mesir
b. Kesultanan Ayyubiyah di
Damaskus
c. Keamiran Ayyubiyah di
Aleppo
d. Kesultanan Ayyubiyah di
Hamah
e. Kesultanan Ayyubiyah
di Homs
f. Kesultanan Ayyubiyah
di Mayyafaiqin
g. Kesultanan Ayyubiyah di
Sinjar
h. Kesultanan Ayyubiyah di Hisn
Kayfa
i. Kesultanan
Ayyubiyah di Yaman
j. Keamiran
Ayyubiyah di Kerak
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi dianggap sebagai pembaharu di
Mesir karena dapat mengembalikan mazhab sunni. Melihat keberhasilannya itu
Khlaifah al-Mustadi dari Bani Abbasiyah memberi gelar kepadanya al-Mu’izz li
Amiiril mu’miniin (penguasa yang mulia). Khalifah al-Mustadi juga memberikan
Mesir, an-Naubah, Yaman, Tripoli, Suriah dan Maghrib sebagai wilayah kekuasaan
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi pada tahun 1175 M. sejak saat itulah Salahuddin
dianggap sebagai Sultanul Islam Wal Muslimiin (Pemimpin umat ilam dan kaum
muslimin).
Di antara orang-orang yang iri dan melakukan pemberontakan
terhadap Salahuddi Yusuf al-Ayyubi adalah sebagai berikut:
a. Pemberontakan yang
dilakukan Nuruddin Zanki, ia memberontak karena kebesaran namanya tersaingi
oleh Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
b. Pemberontakan yang
dilakukan Hijab (Kepala rumah tangga Khalifah al-Adid), ia memberontak karena
merasa hak-haknya banyak dikurangi.
c. Pemberontakan yang
dilakukan oleh kaum Asassin yang dipimpin oleh Syakh Sinan karena merasa
tersaingi.
d. Pemberontakan yang
dilakukan Zanki, kelompok ini merupakan permbela Al-Malik as-Salih yang
bersekongkol dengan al-Gazi (penguasa Mosul dan paman Malik as-Salih Ismail)
yang beusaha menjatuhkan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi karena merasa tersaingi.
Perang melawan tentara salib yang pertama adalah melawan
Amalric 1, taja Yerusalem, yang kedua melawan Baldwin IV (putra Amalric 1),
yang ketiga melawan Raynald de Chatillon (penguasa benteng Karak di sebelah
tidur laut mati), yang keempat melawan Raja Baldwin V sehingga kota-kota
seperti Teberias, Nasirah, Samaria, Suweida, Beirut, Batrun, Akra, Ramalah,
Gaza Hebron dan Baitul Maqdis berhasil dikuasai oleh Salahuddin Yusuf
al-Ayyubi.
Selain Clement III, para penguasa Eropa yang membantu dalam
perang melawan Salahuddin Yusuf al-Ayyubi adalah:
a. Philip II, Raja
Prancis
b. Rivhard I, The Lion Heart
(Hati Singa), Raja Inggris
c. William, raja Sisilia
d. Frederick Barbafossa,
Kaisar Jerman
Setelah perang melawan tentara salib selesai, Salahuddin
Yusuf al-Ayyubi memindahkan pusat pemerintahannya dari Mesir ke Damaskus, dan
dia meninggal di sana pada tahun 1193 M dalam usia 57 tahun.
2. Malik Al-Adil Saifuddin,
pemerintahan I (1200-1218 M)
Sering dipanggil Al-Adil nama lengkapnya adalah al-Malik
al-Adil saifuddin Abu Bakar bin Ayyub. Dari nama Sifuddin inilah tentara salib
memberi julukan Saphadin. Beliau putra Najmuddin Ayyub yang merupakan saudara
muda Salahuddin Yusuf al-Ayyubi.
Setelah kematian Salahuddin, Ia menghadapi pemberontakan
dari Izzuddin di Mosul. Ia juga menentukan siapa yang berhak menjadi penguasa
ketika terjadi perselisihan diantara anak-anak Salahuddin Yusuf al-Ayyubi yaitu
al-Aziz dan al-Afdal. Setelah kematian al-Aziz. al-Afdal berusaha
meduduki jabatan Sultan, akan tetapi al-Adil beranggapan al-Afdal tidak pantas
menjadi Sulatan. Akhirnya terjadilah peperangan antara keduanya, al-Adil
nberhasil mengalahkan al-Afdal dan beliau menjadi Sultan di Damaskus.
Al-Adil merupakan seorang pemimpin pemerintahan danpengatur
strategi yang berbakat dan efektif.
3. Malik Al-Kamil Muhammad
(1218-1238 M)
Nama lengkap al-Kamil adalah al-Malik al-Kamil Nasruddin Abu
al-Maali Muhammad. Selain dipuja karena mengalahkan dua kali pasukan salib ia
juga dicaci maki karena menyerahkan kembali kota Yerusalem kepada orang
Kristen.
Al-Kamil adalah putra dari al-Adil. Pada tahun 1218 al-Kamil
memimpin pertahanan menghdapi pasukan salib yang mengepung kota Dimyat
(Damietta) dan kemudian menjadi Sulatan sepeninggal ayahnya. Pada tahun 1219,
Ia hampir kehilangan takhtanya karena konserpasi kaum kristen koptik. Al-Kamil
kemudian pergi ke Yaman untuk menghindari konspirasi itu, akhirnya konspirasi
itu berhasil dipadamkan oleh saudaranya bernama al-Mu’azzam yang menjabat
sebagai gubernur Suriah.
Pada bulan Februari tahun 1229 M, al-Kamil menyepakati
perdamaian selama 10 tahun denga Federick II, yang berisi antara lain:
a. Ia mngembalikan
Yerusalem dan kota-kota suci lainnya kepada pasukan salib
b. Kaum muslimin dan yahudi
dilarang memalsuki kota itu kecuali disekitar Masjidil Aqsa dan Majid Umar.
Al-Kamil meninggal dunia pada tahun 1238 M. Kedudukannya
sebagai Sultan digantikan oleh Salih al-Ayyubi.
1.1.3 Berakhirnya dinasti Ayyubiyah
Runtuhnya Dinasti Ayyubiyah dimulai pada masa pemerintahan
Sultan As-Salih. Setelah As-Salih meniggal pada tahun 1249 M, kaum Mamluk
mengangkati estri As-Salih, Syajaratud Durr sebagai Sultanah. Dengan demikian,
berakhirlah kekuasaan Dinasti Ayyubiah di Mesir. Medkipun demikian dinasti
Ayyubiyah masih berkuasa di Suriah. Pada tahun 1260 M. tentara Mongol hendak
menyerbu Mesir. Komando tentara Islam dipegang oleh Qutuz, panglima perang
Mamluk. Dalam pertempuran di Ain Jalut, Qutuz berhasil mengalahkan tentara
Mongol dengan gemilang. Selanjutnya, Qutuz mengambil alih Kekuasaan Dinasti
Ayyubiyah. Sejak itu, berakhirlah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar